Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2008

Kejahatan yang dilakukan oleh 2 anak SD

Gambar
Sebelum ini saya selalu merasa bahwa anak kecil adalah manusia yang masih lugu dan tidak berdosa. Dan saya selalu senang bila berada di dekat anak kecil yang menurut saya sangat lucu. Tapi kejadian kemarin itu menyadarkan aku bahwa anak kecil tidak semuanya lugu malah banyak anak kecil saat ini terjerumus dalam hal maksiat yang menjadikan dirinya kejam. Adikku, Yoseph adalah korban dari kekerasan yang dilakukan oleh anak kecil juga yang merupakan kakak kelasnya. Yoseph bukan tipe anak yang kalau dipukul langsung melawan, dia merupakan anak yang lebih sering diam, hingga aku sendiri tidak menyadari bahwa kemarin adikku bagian bawah mulutnya sudah memar karena bekas pukulan dan perutnya kaku karena ditendang. Sebagai seorang kakak jujur aku tidak terima bila adikku sendiri diperlakukan sedemikian buruk. Kejadian ini bermula saat Yoseph memergoki Afi (baca : saudaraku anak bulik), mengambil uang Yoseph di eksel (baca : lemari bajunya). Afi adalah saudaraku yang juga merupakan kakak kelas

EGP (Emang Gue Pikirin) merajalela Indonesia

Judul di atas bukan semata - mata ditujukan hanya pada Maia Ahmad dan Mei Chan sebagai orang yang mempopulerkan lagu tersebut. Lagu tersebut tampaknya merupakan simbol bahwa saat ini kebanyakan orang yang hidup di Indonesia pada umumnya atau warga Semarang pada khususnya lebih banyak berfikir egois. "Emang gue pikirin." Lagu yang benar-benar tidak mendidik moral secara baik malah menjatuhkan. Orang cenderung memikirkan diri sendiri tanpa melihat kondisi orang lain di sekitarnya. Seperti konsep SPA (Semarang Pesona Asia) yang diselenggarakan Agustus 2007 lalu. SPA hanya memikirkan "kepentingan orang mampu." Kemarin saya mengendarai motor di Jalan Dr. Sutomo. Sewaktu lampu merah di samping Gereja Kathedral, saya melihat banyak anak jalanan berlarian sambil berkata, "Ada Polisi, satpam! Lari!" Kelihatannya itulah kata-kata yang mereka ucapkan. Walaupun akhirnya tidak ada satpam maupun polisi yang akan menangkap mereka,tapi phobia sewaktu bertemu dengan pol

Gie in memoriam

Soe Hok Gie dibesarkan di sebuah keluarga yang tidak begitu kaya dan berdomisili di Jakarta. Sejak remaja, Hok Gie sudah mengembangkan minat terhadap konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh intelek-intelek kelas dunia. Semangat pejuangnya, setiakawannya, dan hatinya yang dipenuhi kepedulian sejati akan orang lain dan tanah airnya membaur di dalam diri Hok Gie kecil dan membentuk dirinya menjadi pribadi yang tidak toleran terhadap ketidakadilan dan mengimpikan Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran yang murni. Semangat ini sering salah dimengerti orang lain. Bahkan sahabat-sahabat Hok Gie, Herman Lantang bertanya "Untuk apa semua perlawanan ini?". Pertanyaan ini dengan kalem dijawab Soe dengan penjelasan akan kesadarannya bahwa untuk memperoleh kemerdekaan sejati dan hak-hak yang dijunjung sebagaimana mestinya, ada harga yang harus dibayar, dan memberontaklah caranya. Semboyan Soe Hok Gie yang mengesankan berbunyi, "Lebih baik diasingkan daripada menyerah

Banyak hal telah terjadi

Waktu memang terus berjalan dengan membosankan. Hari-hari kayak biasanya, gak ada yang istimewa. Aku rasanya mulai bosan dengan hari-hari yang terus lewat. Ada satu temen lagi yang aku kenal dari SMK1 kendal namanya Lutfiah, panggilannya Lulut. Dia enak diajak ngobrol, pokoknya aku seneng aja dapet temen baru. Aku bosan dengan rutinitas ini.... benar-benar sudah penat dan aku mau mencari jalan baru yang bisa aku tempuh.

tentang sahabat

embun-embun menetes pada rumput-rumput yang menari mobil-mobil berjalan dengan roda-roda yang saling mengejar lampu-lampu kota berkelip menyaingi bintang-bintang gedung-gedung mewah menjulang menandingi langit-langit angkasa dimana kau kawan? kita yang bercengkrama dulu selalu bercanda untuk sekadar meneguk tawa kini hilang sudah kau lenyap aku mencarimu... mencarimu... lagi... lagi... dan terus menanti daun-daun berguguran diantara pohon-pohon yang telah tumbang kau tetap tak ada disini aku sendiri terus menunggu untuk kau kembali seruan sahabat sejati kita pasti bisa bertemu tak tahu kapan nanti aku menunggu kau sahabatku

saat ini dan nanti

Kala dimana jiwa merenung muram memikirkan tentang dunia hidup ini penuh.... kelam kemunafikan kebencian keserakahan keonaran mereka yang ingin bergelut dalam rasa awan hanya bisa mengikuti mentari yang yang mengiringi hidup hanya fana tanpa asa berdiri menanti cahaya baru yang menjadikan damai abadi menanti hari dimana kita tak berpijak di bumi lagi bermain dengan malaikat dan tanpa ada jiwa yang merenung sendiri semua abadi sudah

Magang again....

Hari ini magang hari ke-2. Aku masuk siang pulangnya nanti jam 7 malem. Masih sama kerjaannya input data dan scan buku. KursusQ mulai besok tanggal 25 Maret jamnya 14.30-16.30, itu tandanya pulang magangku nanti jadi tambah malem. Kalau gak ya aku baru pulang magang jam 9 malem. Soalnya disini kursus yang diikutin itu di luar jam magang. Ada temen baru sekarang karena aku masuknya siang, namanya Zuhro dan juga Reni. sama kayak Titian (sorry kemarin aku bilang namanya Tizan) mereka itu anak SMK1 Kendal juga. Kalau magang rame-rame sih enak. Tapi nanti mereka udah selesai tanggal 15 Maret aku jadi sendirian. lonely deh... Disini gak bisa buka friendster, jadi cakupan aku cuma sekadar blog aja.

Akhirnya magang

Postingku tadi barusan error aku jadi males nulis.... Hari ini pertama aku magang. disuruh scan sama input data, itu sih sebenarnya gak sesuai sama jurusanku. Oya aku kenalan sama anak magang baru namanya Tizan, dia anak SMK1 kendal. Rumahnya ya, di Kendal. hari ini aku mau ke pameran buku di Sriwijaya. Kali aja aku bisa dapet bukunya Soe Hok Gie. yang "catatan seorang demonstran". magang pertama rasanya biasa aja. Tapi enaknya magang disini aku dapet pelatihan jaringan gratis. Itu yang bikin seneng.