Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2009

Ujian Akhir Nasional = Ujian Ajang Nyontek

Gambar
April ini, bisa dibilang sebagai musim ujian untuk siswa seluruh Indonesia baik itu SD, SMP ataupun SMA/SMK. Saya sebagai seorang pelajar yang juga mengikuti ujian nasional masih merasa sangat was-was akan hasil ujian yang akan diumumkan pada bulan Juni minggu ke-2 mendatang. Harapan saya, kami se-kelas bisa lulus dengan nilai yang baik. Sebenarnya pengawasan tidak terlalu ketat, seperti masa try out (baca: ujian penjajakan). Padahal seharusnya pengawasan lebih diperketat karena ujian tersebut adalah ujian nasional bukan lagi try out . Sebagian besar siswa, termasuk saya tidak pernah menolak untuk mendapatkan jawaban ujian sebelum soal ujian nasional dibagikan. Kita sebagai siswa, jujur merasa sangat terbantu jika mendapatkan bocoran jawaban UAN tersebut. Di beberapa sekolah, tidak termasuk sekolah saya, mendapatkan bocoran jawaban dari TIM SUKSES UAN di sekolah yang tidak ingin membuat siswanya menjadi insan yang luar biasa. Berbagai media berita, mengabarkan kebocoran soal UAN terj

Remaja, Recycle dan Reduce

Gambar
Pada bulan Maret lalu, sekolah mendapat kesempatan untuk maju dalam tingkat yang bertaraf nasional. Lomba tersebut merupakan salah satu cara untuk remaja berpartisipasi aktif dalam penghijauan lingkungan, baik itu di sekolah maupun sekitarnya melalui recycle dan reduce (baca: daur ulang dan pengurangan sampah). Lomba Eco Youth, mendapat sambutan istimewa, khususnya dari anak KIR (Karya Ilmiah Remaja). Saya yang saat itu menjabat sebagai ketua KIR, mengajak partisipasi aktif dari semua siswa di sekolah. Ada yang mendukung dan ada juga yang menolak, memang itulah kehidupan. Mereka yang mendukung, memang ingin dua tujuan utama yaitu sekolah bisa menang dan juga turut menghijaukan lingkungan. Ibarat pepatah, “Sambil mendayung, dua tiga pulau terlampaui.” Siswa yang menolak berterus terang kepada saya dengan mengatakan, “Dhik, untuk apa sih buat green house segala? Paling kalau lomba sudah kelar gak ada yang ngerawat lagi.” Saat itu saya berkata dengan pasti, “Karena sekolah kita cinta ling