100 Tahun Kebangkitan Nasional VS Kenaikan Harga BBM


Menghayati 100 tahun kebangkitan nasional (puisi ini diambil dari iklan yang ada di televisi)

Bangkit itu susah,
susah melihat orang lain susah, senang melihat orang lain senang
Bangkit itu takut,
takut korupsi, takut makan yang bukan haknya
Bangkit itu mencuri,
mencuri perhatian dunia dengan prestasi
Bangkit itu marah,
marah bila martabat bangsa dilecehkan
Bangkit itu malu,
malu jadi benalu, malu karena minta melulu
Bangkit itu tidak ada,
tidak ada kata menyerah, tidak ada kata putus asa
Bangkit itu aku,
untuk Indonesiaku....


Kemarin tanggal 20 mei 2008, negara ini memperingati Waisak dan juga Kebangkitan Nasional. Pada jam 7 malam, semua stasiun tv menyiarkan acara bertajuk nasional tersebut. Acara yang menyadarkan saya, bahwa secara tak langsung pemerintah itu memiliki uang yang banyak tapi cukup pelit pada rakyat.

Kebanyakan atraksi dari TNI dan POLRI, menunjukkan bahwa negara ini adalah negara militer. Sampai-sampai presidennya juga adalah orang dari militer. Dimana yang kuat merasa berkuasa diatas yang lemah. Sewaktu penyalaan obor, saya merasa sebagai putra bangsa belum pernah berbuat apa-apa. Tiba-tiba saja semangat saya berkobar saat itu, semangat untuk bangkit ke arah yang baik. Semoga saja semangat kebangkitan itu bukan hanya terjadi 1 hari saja.

Satu hari setelah pagelaran megah tersebut, terjadi demo dimana-mana. Para pemuda dengan semangat membara bersatu untuk menolak kenaikan harga BBM. Pemerintah mengatakan sudah tidak ada pilihan lain. Kenaikan harga BBM adalah harga mati. Kenaikan harga ini diharapkan kelak semoga negara ini tidak akan menjadi benalu lagi karena sering minta melulu pada negara lain.

Untuk para pemuda yang berdemo, saya anggap bukan hanya menunjukkan ketidaksetujuan saja tapi juga memberikan penyelesaiannya. BLT memang bukan penyelesaian yang bisa diharapkan, karena bisa saja dana tersebut jatuh ke tangan yang tidak jelas. Para mahasiswa saat ini seharusnya memberikan solusi . Yang dibutuhkan sekarang bukan hanya orang yang banyak aksi tapi kesemuanya itu omong kosong. Sampai saat ini saya juga memikirkan solusi apa yang tepat untuk bangsa ini. Bagaimana solusi yang tepat menurut kalian?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Happy Birthday Achir, Neo dan Nico

Bersiap untuk Kelas Inspirasi Semarang #2

Tantangan untuk Diri Sendiri